Saturday, March 01, 2008

|saya,tukang taksi,nasib|

Hari jumat kemarin tiba-tiba saya harus ketemu klien di kawasan Kuningan. Mobil kantor sedang tidak ada di tempat, yang artinya saya harus keluar dan menunggu taksi. Di luar hujan gerimis, hati saya mulai ketar-ketir..urusan cari taksi jadi agak ribet kalau cuaca sedang tidak bersahabat. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, hampir waktunya orang pulang kantor a.k.a rush hour (dan saya baru mau berangkat meeting,ha!).
Setelah berdiri manis di pinggir jalan selama hampir 20 menit, saya akhirnya menyerah pada idealisme saya, tidak lagi hanya menyetop taksi berwarna biru berlambang burung, satu-satunya taksi kepercayaan saya. Tidak sampai 5 menit berhentilah sebuah taksi agak butut berwarna hijau dan oranye. Uh-oh...saya memasuki taksi dengan panik...mengutuki keputusan radikal yang saya buat dan ambil sendiri. Sialnya, saking ribet dengan payung dan barang bawaan yang agak banyak, nomer ID di badan taksi sampai kelupaan saya ingat-ingat. Boro-boro sempat melihat plat nomer. Uhhhh....kenapa bisa seceroboh ini,sih??biasanya saya paling rajin melihat dan mencatat nomer ID taksi yang saya naiki.
Akibatnya, setelah mengatakan arah tujuan kepada sopir taksi, saya mulai sibuk membaca doa. Tak lupa juga saya sms pacar saya, memberitahukan bahwa saat ini saya sedang berada di dalam taksi antah berantah menuju Kuningan, dan juga bahwa saya tidak ingat nomer taksi tersebut dan meminta dia untuk ikut berdoa demi keselamatan saya...
Setelah setengah jam berada di dalam taksi, saya mulai capek dengan segala kekhawatiran itu dan mulai mengutuki berita-berita di koran dan acara kriminal televisi yang telah sukses merasuki pikiran saya..bikin paranoid aja!! Tapi tetep aja masih berharap bahwa hari ini nasib saya tidak jelek, semoga hari ini saya tidak akan menjadi salah satu dari deretan panjang korban perampokan di dalam taksi. Sudah saya relakan handphone,dompet dan barang-barang lain yang mungkin dianggap berharga (usb key?penggaris rotring?)dan berjanji bahwa saya tidak akan melawan kalau sampai (amit2..knock on wood!) dirampok..asal tubuh saya selamat,tidak tersentuh dan utuh.
Di tengah pikiran yang menggila, tiba-tiba si sopir berkata pada saya :
'Neng, kelihatannya lagi buru-buru ya? semoga abis lampu merah ini nggak macet ya, biar bisa cepet sampe'
(hari itu jalanan macet berat, kami sudah mengantri di depan lampu merah selama setengah jam dan belum berhasil melewatinya)
Mendengar perkataan si abang berkumis lebat,beralis ekstra tebal dan berwajah agak preman tersebut, saya mencoba peruntungan saya dengan bersikap 'friendly'. Mungkin dengan begitu, si abang akan tergerak hati nuraninya untuk tidak menyakiti saya...so,pushing my luck, i began to talk to him..
lucunya, karena tidak sengaja melontarkan suatu kalimat dengan istilah bahasa sunda di dalamnya, saya jadi tahu bahwa si abang berasal dari Bandung. Dia pun tampak bersemangat ketika saya pun pernah tinggal selama 3 tahun di sana. Selanjutnya dia jadi bicara dengan bahasa sunda yang sangat faseh...bikin saya cengar-cengir sendiri karena sesungguhnya pengetahuan berbahasa sunda saya amat-sangat cetek.

Hari itu, 1 jam 45 menit di dalam taksi menuju Kuningan, saya diajari banyak hal :
1. Don't judge a book by its cover - si abang gahar yang bikin saya mengkeret setengah mati ternyata orang baik (at least dia tidak merampok saya dan bilang 'alhamdulillah' waktu taksi akhirnya sampe di tujuan)
2. Berhati-hati itu tetap perlu - saya pikir kebiasaan saya memberi info kepada orang terdekat tentang keberadaan saya adalah hal yang benar. Mengambil langkah pencegahan selalu lebih baik ketimbang menyesal belakangan karena lalai. Tapi jangan sampai kita jadi paranoid untuk bepergian di belantara Jakarta juga..tetep berpikir positif bahwa tidak semua orang berniat jahat, tapiiii jangan pernah lupa untuk selalu menaruh tas di posisi depan dan...ingat untuk berdoa sebelum bepergian :P
3. nasib baik vs. nasib buruk - suatu hal yang tidak bisa kita prediksi..tapi saya rasa bisa kita perkecil efeknya dengan bertindak 'bijaksana'. Jangan bersikap terlalu jumawa, instead be humble and respect others..kehidupan Jakarta yang membuat hati manusia-manusianya jadi keras mungkin bisa sedikit diperlunak apabila kita bisa menunjukkan sedikit saja empati kepada orang lain..semoga yang di 'Atas' sana akan mempertimbangkan lagi
mengenai nasib kita..


|listening to the buzz of traffic outside my window..i'm so lucky to be home..safe and sound|

1 comment:

cheapdrunk said...

ah kamuh...tiba2 blognya menjadi penuh beginih...senang deh jadi inspirator..hihihihi..

btw busway, couple of weeks ago gue mimpi buruk sama taksi, dan sempet naek taksi warna ijo-orange juga dengan supir yang mukanya berbeda dengan foto id supir didepan...gila! langsung gue minta turun...tapi bener2 kata2mu, i should do that, tiap naek taksi bukan taksi si biru itu, i'll let know somebody..