beberapa sore lalu, seorang teman tiba-tiba mem-buzz saya di YM.
dia : 'nit,ngupi-ngupi yuk' saya : 'hah tumben!ada apaan tiba2 ngajak ngupi2 bulan puasa gini?!' dia : 'lagi bosen nih' saya : 'bosen apaan?kerjaan ya?sama dong..' dia : 'semuanya deh nit...kerjaan,idup,pacar' saya : 'wah gawat! hayo atuh kita mesti buru2 ketemuan kalo gitu,sebelum lo bunuh diri' dia : 'enak aja!' (selanjutnya dia kita sebut saja dengan julukan mas X)
selepas pembicaraan singkat di YM itu,saya jadi kepikiran tentang dia,saya dan hubungan pertemanan kami. Dibilang temenan baik juga nggak, dibilang temenan biasa pun, saya dan dia seringkali curhat hal-hal pribadi. Orang lain (meskipun teman-teman dia banyak yang adalah teman saya juga) mungkin tidak mengira kalau kami 'dekat',mungkin itu juga ya hal yang membuat saya dan dia merasa nyaman berbagi cerita, karena kita nggak akrab-akrab banget.Dan karena orang lain pun kurang aware kalau ternyata kita akrab.
Lho kok gitu? pasti banyak yang ngerasa aneh dengan pernyataan saya barusan.
tapi entah kenapa, kadang saya merasa lebih nyaman bercerita dengan teman yang ada diluar comfort zone saya (yang bisa saya percaya tentunya,pilih-pilih juga sih!). Kenapa? karena seburuk apapun cerita yang saya keluarkan dari hati saya, perlakuan mereka terhadap saya tidak akan langsung mempengaruhi zona nyaman saya. Lain halnya bila saya bercerita kepada sahabat-sahabat terdekat saya, apabila saya bercerita ttg hal-hal aneh,depresif dan entah apa lagi, seringkali saya merasa agak 'sungkan'. Dalam artian,saya takut mereka bakal kepikiran banget tentang cerita saya itu, dan kadang kekhawatiran berlebihan dari sahabat-sahabat saya malah bikin saya merasa kurang nyaman.
Memang sih, pada akhirnya saya akan bercerita lebih banyak hal pribadi kepada sahabat-sahabat dekat saja (karena anyway,merekalah yang lebih tau background historis hidup saya,hehehe). Tetapi semakin saya dewasa, hal-hal yang diceritakan itu semakin saya pilah-pilah.
Dan inilah gunanya teman-teman 'jauh dimata dekat dihati' seperti mas X diatas. Dengan dia saya merasa ringan saja berkeluh kesah, saran-sarannya pun kadang lebih 'kena' di hati karena dia lebih bisa berbicara ceplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling. Hal yang kadang sulit dilakukan oleh para sahabat dekat.
ah jadi tak sabar rasanya ketemu dia dan berbicara lagi tentang hal-hal sok filosofis.
terahir ketemu dia di Plasa Senayan sekitar dua tahun lalu...dan kala itu,empat jam habis untuk bicara saja. Kali ini gimana ya.....
Tuesday, September 16, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment